Selasa, 28 Oktober 2008

Bermalam Tahun Baru di Bawah Laut Bali


Naskah dan Foto OlehChristantiowatiAda udang di balik batu. Ternyata ini bukan pepatah! Saya memergokinya siap cari makan di malam pergantian 2002 – 2003 di bawah laut Batu Besar, Nusa Dua, Bali. Hening, gelap, dan penuh ”misteri” saat cahaya senter jatuh pada kepiting yang terbirit-birit, rasanya lebih meriah daripada bunyi terompet dan pendar-pendar lampu kota.Menyelam malam? Hii… Seperti awam yang membayangkan bawah laut itu gelap dan menakutkan bahkan di siang hari, tak semua penyelam yang sudah berpuluh kali menyelam sekalipun, berminat menyelam malam. Padahal, bawah laut di siang hari sama benderangnya dengan daratan. Waktu malam di bawah laut pasti gelap, tapi juga punya dunia gemerlap (dugem).Jadi, kapan seorang penyelam siap menyelam malam? Tak ada patokan, tak ada paksaan. Tergantung nyali dan tingkat kenyamanannya. Walau rata-rata penyelam memulainya di penyelaman ke-7, pasca-menerima sertifikat dasar (Open Water), dan menjadi salah satu syarat untuk meraih sertifikat lanjutan. Saya sendiri baru menyelam malam pada dive log ke-28 saat safari selam di Bali. Saya, Beben dan Yvonne menyelipkan rencana berkelana di antara rongsokan kapal Liberty peninggalan PD II di lepas pantai Tulamben di detik-detik pergantian tahun. Ternyata, saat itu Tulamben amat keruh karena tumpahan banjir sungai. Jadi, kami mengalihkan rencana ke Nusa Dua, itu pun selepas senja saja. Seperti pergi ronda, menyelam malam pun perlu senter khusus bawah laut dengan baterei baru. Kalau perlu, bawa senter cadangan dan beacon (lampu penanda). Jalan malam di darat saja kita mesti lebih hati-hati, jadi, kalau siang bisa menyelam sampai 30 m, ”Batasi menyelam malam tak lebih dari 18 m,” saran Daniel Abimanju Carnadie, instruktur dari Bubbles Divers, Jakarta. Menyelam lebih dari 18 m sudah tergolong deep diving yang perlu kehati-hatian lebih, bahkan di siang hari.

Dipatil ikan sembilang,badan pun Gemetar.


Malam yang cerah seketika berubah. Langit mendung, gerimis mulai turun, halilintar saling berkejaran. Satu per satu pemancing berjalan di atas pancangan. Dengan bertudung helm dan berselimut jas hujan, tali kenur di ujung joran di lemparnya ke tengah laut.Suasana di pancangan Ibu Tien Suharto, malam itu terlihat sangat gelap sekali. Sambaran petir dan angin laut yang sangat kencang menggeliat bersama deburan ombak. Keganasan laut Jawa tampaknya bukan menjadi penghalang bagi para pemancing. Dengan sangat serius mereka terus memburu Sembilang. Satu per satu Sembilang berhasil ditangkap.Malam yang gelap dan hening seketika berubah mencekam. “Auww… kaki gua keinjek Sembilang,” teriak Fajar. Seketika itu pula kawannya tersentak kaget dan bergegas menghampirinya. Memang benar kaki kanannya menginjak patil Sembilang. Secepat kilat Sembilang yang tertancap di kakinya itu dicabut. Wajahnya terlihat pucat, badannya panas dan bibirnya bergetar. Tak berapa lama kawannya langsung menggendong Fajar untuk mengevakuasinya ke tepi laut.

SURGA PARA PEMBURU REPLIKA MOBIL

SH/Tinnes Sanger Berbagai merek mobil tersedia, yang dikemas dalam plastik.
JAKARTA – Berburu replika mobil memang mengasyikkan.
Segala cara sering dikerahkan agar bisa mendapat jenis yang telah lama diidamkan. Rasa puas tanpa batas merasuki diri manakala replika incaran itu sukses digaet. Dari situ pun muncul beragam cerita yang mengiringi. Alhasil, bakal jadi memori indah tersendiri.Untuk memburu replika idaman, para kolektor biasanya memiliki jurus masing-masing. Ada yang sengaja menyempatkan diri berkunjung ke toko koleksi saat bepergian ke luar kota, membedah katalog resmi keluaran para produsen, mencari lewat aneka situs koleksi yang tersebar di dunia maya atau tanya kanan kiri sesama kolektor. Tak jarang, proses pertukaran atau barter terjadi di antara mereka. Yang jelas, semuanya perlu kesabaran dan kejelian dalam mengejarnya.Di Jakarta, tak banyak toko yang menjual koleksi replika mobil. Auto Models toko miniatur kendaraan darat bermesin yang terletak di Plaza Senayan, Jakarta dapat dijadikan contoh. Di toko ini, tersedia aneka model mobil mini yang diproduksi oleh berbagai produsen replika termasyhur di dunia. ”Toko ini hadir dari ide bos saya yaitu Pak Michael. Waktu itu, si bos ingin punya toko miniatur mobil yang berbentuk koleksi. Dari kecil, beliau memang paling hobi mengumpulkan beragam model replika mobil,” ungkap Samidi, salah seorang karyawan Auto Models mengawali kisah. Dari kecintaan sang bos itu, toko mungil yang dipadati replika mobil itu tumbuh berkembang. Terus menggeliat menambah koleksi. Wajar saja, kalau replika yang ada termasuk barang-barang koleksi kualitas nomor satu. Padahal toko ini baru berumur dua tahun.SH/Tinnes SangerSeorang pehobi replika mobil asyik membersihkan ”mainannya” sebulan sekali.Toko KoleksiSejak awal, cerita Samidi lagi, Auto Models memang mengambil konsep sebagai toko koleksi. ”Kalau dibuat toko koleksi, kan jadi banyak orang yang tertarik. Paling tidak mau lihat-lihat dulu,” kata Samidi. Strategi memikat para pengunjung bolehlah diacungi jempol. Itu terlihat dari keseriusan mereka untuk membangun dan menata toko sedemikian rupa. Berbagai replika mobil itu tak dibiarkan menumpuk begitu saja. Setiap sudut dimanfaatkan sebagai ruang pamer koleksi. Rapi dan sedap dipandang. Jadi jangan heran bila orang awam dengan dunia koleksi miniatur ini tergelitik untuk ikut mengoleksi. Bila penasaran, coba saja masuki ruang dalam toko. Atmosfir dunia mobil mungil berembus kuat. Di sekeliling ruangan aneka miniatur mobil berjejer rapi. Sebagian besar mangkal di dalam lemari khusus yang tertutup kaca. Karena tembus pandang, siapa saja bebas melihat tiap detail mobil itu. Ada juga yang disusun berikut dengan wadah khusus (chasing) sesuai keluaran sang produsen. Di bagian kaca depan, tergantung poster besar juara dunia Formula Satu lima kali, Michael Schumacher. ”Mobil-mobil (mini) yang kami koleksi bisa dibagi menjadi beberapa macam, mulai dari yang baru sampai yang klasik. Selain itu, ada yang termasuk kategori unik,” ujar Samidi sembari menunjukkan pembagian koleksi miniatur itu. Asal tahu saja, penataan koleksi yang menghuni toko ini tak boleh sembarangan. Ada aturan pengelompokannya. ”Kelompok klasik dan unik memang sengaja kami bedakan. Sebab, kategori klasik itu biasanya diisi oleh replika mobil-mobil lawas. Mobil itu dikeluarkan pada zaman teknologi belum begitu canggih,” lanjut lelaki berkacamata itu. Sedang kategori unik, bisa jadi dihuni oleh mobil keluaran baru atau tahun-tahun lama yang punya spesifikasi dan cerita tersendiri. Dan replika itu diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Sebagai contoh, Samidi menyebut miniatur mobil balap Formula 1 milik tim Ferrari F1 Racing. Mobil formula berbalut baju merah itu diadopsi dari ”kuda tunggangan” asli Michael Schumacher saat berlaga di Grand Prix Malaysia di sirkuit Sepang tahun 2001. Skala yang dipilih adalah 1:8. ”Mobil itu buatan Amalgam dari Inggris. Jumlah produksinya cuma seratus biji,” kata Samidi. Auto Models sendiri kebagian jatah tujuh mobil.Selain itu, ada pula BMW Z8 James Bond Silver berskala 1:12. Replika mobil andalan agen 007 dalam film Tommorow Never Dies itu diproduksi oleh pabrik miniatur Kyosho, Jepang. Kalau tertarik skala yang lebih kecil, 1:43, ada deretan replika mobil keluaran MiniChamp yang bisa jadi pilihan. Mutu produk itu cukup bagus dan mutu bahannya tak bisa disepelekan. Hanya saja, ada detail yang dikurangi. Tak seperti pada miniatur mobil berskala besar. Merek Papan AtasAgar para kolektor makin betah, Auto Models juga menyediakan replika keluaran Hot Wheels, Autoart dan Tamiya. Tak ketinggalan, satu merek ekslusif lainnya, BBR Models. ”Cuma untuk replika mobil buatan Tamiya harus dirakit dulu, belum jadi replika seperti lainnya. Bahannya pun beda, terbuat dari plastik khusus,” papar Samidi sembari memberi contoh replika Tamiya yang masih terbungkus rapi. Urusan merakit bagian-bagian replika itu bisa memberi kepuasan tersendiri. Begitu mobil sukses dibangun segera terlihat hasil perakitan yang serius dengan asal jadi. ”Dari merakit mobil itu, kreativitas seseorang terus terpacu. Agar hasilnya bagus, dia juga harus sabar dan telaten waktu membangunnya,” ucap Samidi tersenyum. Apa yang ditawarkan Auto Models termasuk kategori merek papan atas. Replika-replika mobil itu dibuat dengan presisi tinggi dan berkesan eksklusif. Bukan barang kacangan yang sembarangan. Hampir semua syarat barang koleksi dipenuhi replika itu. Harganya pun sangat bervariasi. ”Di sini yang paling murah adalah skala 1:43. Harganya sekitar Rp 300.000. Kalau yang paling mahal bisa sampai empat puluhan juta. Yang jelas produk yang kami tawarkan kelasnya ada di atas Burago dan Maesto,” ujar Samidi. Kedua merek Burago dan Maesto memang memproduksi replika mobil yang berharga murah. Paling tinggi, 250 ribu rupiah untuk produksi massal. Sedang untuk jenis khusus atau terbatas tak lebih dari 500 ribu rupiah. ”Jarang produk mereka yang harganya sampai jutaan,” tutur lelaki kelahiran Cilacap itu. Jadi jangan kaget saat mengintip banderol harga yang tertempel. Maklum untuk mendapat barang koleksi berkualitas tinggi kantung juga harus siap kompromi. Ternyata koleksi replika mobil bukan sekadar cari cara murah untuk mendapatkan mobil idaman, namun lebih untuk memungkinkan kita mengumpulkan puluhan bahkan ratusan mobil di rak hiasan kita. (str/bayu dwi mardana)